Catatan Perjalanan :
Keliling
Setengah Amerika
36.
Tengah Hari Musim Panas Di Columbia
Hari
Kamis, 13 Juli 2000, sekitar jam 10:00 pagi kami sudah
meninggalkan kamar hotel di Oskaloosa. Dalam cuaca pagi yang
cerah segera saya melaju ke arah selatan, masuk ke dalam kota dan
lalu meninggalkan kota Oskaloosa. Rencana perjalanan hari itu
memang agak santai untuk menuju kota Columbia di wilayah negara
bagian Missouri. Jarak yang mesti saya tempuh hanya sekitar 200
mil (320 km). Dengan tetap mengikuti jalan Hwy 63, saya
perkirakan dalam 3 jam lebih sedikit saya akan sudah memasuki
kota Columbia.
Sekitar
satu jam lepas dari kota Oskaloosa saya memasuki wilayah negara
bagian Missouri yang mempunyai nama julukan sebagai Show Me
State dengan ibukotanya di Jefferson City. Kota terbesar di
Missouri adalah Kansas City yang berada tepat diperbatasan dengan
negara bagian Kansas di sebelah barat Missouri. Missouri adalah
negara bagian ke-29 yang kami kunjungi hingga perjalanan di hari
ketigabelas ini.
Akhirnya
pada sekitar jam 1:30 siang saya tiba kota Columbia. Kota
Columbia ini terletak di perlintasan antara jalan Hwy 63 yang
membujur utara-selatan dengan jalan bebas hambatan I-70 yang
melintang timur-barat kira-kira di pertengahan antara kota Kansas
City di sebelah barat dan St. Louis di sebelah timur.
Tujuan
saya setiba di Columbia ini adalah mengunjungi rumah seorang
rekan yang tinggal di Columbia, Mas Janggam Adityawarma yang saat
ini sedang menyelesaikan studinya di University of Missouri
Columbia bersama keluarganya. Namun karena saya tidak
memiliki peta lengkap kota Columbia, saya memutuskan untuk
berhenti di tempat strategis di tengah kota yang mudah saya
ketahui posisinya. Selanjutnya saya menilpun rekan saya itu agar
dipandu untuk menuju ke alamat rumahnya.
Cuaca
siang hari di kota Columbia di musim panas kali ini terasa sangat
panas. Saya lupa mencatat berapa temperatur udara siang itu,
namun saya yakin pasti lebih panas daripada siang-siang
sebelumnya sebelum saya tiba di Columbia. Terik matahari
sepertinya terbagi rata ke seluruh permukaan bumi, sehingga saya
agak kesulitan mencari tempat pemberhentian yang enak dan teduh
di tengah kota Columbia. Bukan karena tidak ada pepohonan
rindang, melainkan sebagai pendatang baru saya belum familiar
dengan kota ini.
Maka
tempat yang saya anggap paling tepat adalah di sudut perempatan
jalan besar di mana terdapat warung Burger King, sebuah jaringan
wara-laba yang cukup terkenal. Meskipun toh tidak juga
saya menemukan tempat teduh di situ.
Setelah
berhasil menghubungi rekan saya, selanjutnya saya diberi petunjuk
untuk berjalan ke arah mana dan belok di persimpangan ke berapa.
Dalam 15 menit akhirnya saya sampai ke alamat yang dimaksud. Maka
jadilah siang hari itu kami bersilaturrahmi sambil beristirahat
di rumah rekan saya di Columbia. Anak-anak pun suka karena di
sana ketemu dengan teman barunya.
***
Agak
berbeda dengan julukan negara-negara bagian lain di Amerika,
julukan sebagai Show Me State bagi Missouri
kedengaran agak tidak biasa. Tak seorangpun dapat menunjukkan
secara persisnya asal-usul pemberian nama julukan ini. Salah satu
dari kisah yang menjadi latar belakang nama julukan ini adalah
berkaitan dengan penggalan kata dari ungkapan seorang anggota
Congress bernama Willard Duncan Vandiver yang kemudian menjadi
populer.
Penggalan
ungkapan yang diucapkan oleh Vandiver itu adalah : Im
from Missouri and youve got to show me. Rupanya
penggal kata show me ini cepat menarik
perhatian masyarakat pada waktu itu yang dipandang menggambarkan
kekerasan hati seorang Missourian (sebutan untuk orang Missouri).
Konteks
kejadian semacam ini barangkali hampir sama dengan apa yang juga
pernah akrab di telinga orang Indonesia. Untuk sekedar mengambil
contoh : Adam Malik yang selalu yakin mengatakan : Itu
dapat diatur, atau Harmoko yang gemar berlindung di balik
kata-kata : Menurut petunjuk Bapak Presiden, atau
Gus Dur yang selalu ingin mengurusi setiap perkara tapi suka
bilang : Begitu saja kok repot, atau pelawak Gepeng
yang dengan enteng mengatakan : Untung ada saya. Maka
begitulah kira-kira kemudian ungkapan Vandiver memberi ilham bagi
pemberian nama julukan negara bagian Missouri.
Kota
Columbia termasuk satu diantara kota-kota di Amerika yang layak
disebut sebagai kota pelajar. Di kota yang berpopulasi sekitar
70.000 jiwa dan terletak pada elevasi 225 m di atas permukaan
laut ini terdapat perguruan tinggi tertua di wilayah sebelah
barat sungai Mississippi, yaitu University of Missouri-Columbia
yang berdiri tahun 1839. Sekolah jurnalistiknya yang berdiri
tahun 1908 termasuk yang pertama di dunia. Selain itu juga ada
Columbia College dan Stephens College.
Saat
hari menjelang sore, kami bersama keluarga Mas Janggam menuju ke
pusat kota. Sekedar ingin jalan-jalan menikmati downtown
kota Columbia. Namun waktu yang sudah menunjukkan jam 4:00 sore,
ternyata di luar cuaca masih cukup terik menyengat. Matahari
masih menebar cahaya panasnya. Belum lama jalan-jalan
kesana-kemari, anak-anak sudah mengajak untuk masuk ke restoran
yang jualan es.
Ya,
maklum. Udara siang menjelang sore yang memang sangat panas
menyebabkan tenggorokan cepat terasa haus. Kami semua akhirnya ya
hanya duduk-duduk santai cukup lama di warung es. Setelah itu
dilanjutkan lagi dengan jalan-jalan di dekat-dekat situ saja. Di
seputaran jalan di salah satu sudut tua pusat kota Columbia.
Saat
malam hari di Columbia, kami memilih untuk tidak ngeluyur
kemana-mana. Kami pergunakan waktu untuk bercengkerama di rumah
keluarga Mas Janggam, seorang teman yang kami kenal selagi kami
tinggal di Amerika dan baru sekali itu pula kami sempat ketemu.
Hitung-hitung malam itu untuk memberi waktu istirahat yang cukup
bagi kami semua sebelum esok harinya melanjutkan perjalanan
panjang menuju ke New Orleans.
***
Hari
Jumat, 14 Juli 2000, saya merencanakan untuk meninggalkan
kota Columbia siang hari seusai sholat Jumat. Oleh karena
itu, waktu pagi harinya kami manfaatkan untuk mengunjungi obyek
wisata yang ada di sekitar kota Columbia. Tempat yang kami pilih
pagi itu adalah Rock Bridge Memorial State Park yang berlokasi
tidak jauh di pinggir selatan kota Columbia. Suasana taman yang
berada di daerah perbukitan memang memberi suasana teduh dan
segar di tengah cuaca siang yang terik.
Di Taman
Negara yang luas seluruhnya mencapai 906 ha ini terdapat banyak
jalan setapak yang dapat dijelajahi terutama oleh mereka yang
berhobi melakukan perjalanan lintas alam. Ada lebih 15 mil (24
km) jalan setapak yang memang disediakan untuk olah raga lintas
alam melalui jalan mendaki dan menuruni pegunungan.
Di lokasi ini
pula terdapat gua Devils Icebox yang sebagiannya terbuka
untuk dijelajahi dan kondisinya cukup aman, tentu perlu
perlengkapan khusus untuk melakukan penjelajahan gua ini.
Lorong-lorong bawah tanah hasil proses geologi ini sudah pernah
dieksplorasi dan dipetakan oleh para speleolog (ahli tentang
gua), meskipun masih banyak bagian-bagian yang belum terjamah.
Untuk
sekedar santai bersama keluarga, pilihan paling baik adalah
menyusuri rute jalan setapak yang disebut Devils Icebox.
Rute jalan yang panjang seluruhnya hanya sekitar 0,5 mil (0,8 km)
ini melalui jalan kayu yang memang dibangun untuk memberi
kemudahan bagi para pengunjung termasuk anak-anak. Jalan ini
menuju ke mulut gua Devils Icebox. Untuk sekedar masuk
beberapa meter dari mulut gua juga cukup aman meskipun hanya
berbekal lampu senter biasa. Itulah yang kami lakukan bersama
anak-anak. Kondisi di dalam gua yang lembab dan sejuk terasa
seperti memberi kesegaran bagi cuaca panas menyengat udara di
luarnya.
Untuk sampai
ke mulut gua ini, rute jalannya akan melewati terowongan pendek
dan pada saat kembali dapat mengambil rute berbeda melalui bagian
atas terowongan. Bagian atas terowongan ini merupakan lapisan
batuan di atap terowongan yang membentuk semacam jembatan. Karena
itu jalan di atas terowongan ini yang disebut dengan Jembatan
Batu (Rock Bridge). Di dalam terowongannya sendiri merupakan
aliran sungai kecil yang di sebelahnya terdapat jalan setapak.
Secara umum
sebenarnya tidak ada yang istimewa dari profil alam Rock Bridge
Park ini. Kalau pun tempat ini menarik untuk dikunjungi, itu
karena tempat yang sederhana ini dikelola dengan sangat baik,
lengkap dengan fasilitas yang memberi banyak kemudahan dan
kenyamanan bagi para pengunjung termasuk segi keamanan,
kebersihan dan ketersediaan informasi yang menjelaskan tentang
apa dan bagaimana tempat ini. Untuk mengunjungi tempat ini juga
tidak dipungut biaya.
Yang paling
pokok bagi kami sebenarnya karena di tempat ini akan ditemukan
suasana alam dan kesegaran berbeda setelah berada di bawah
panasnya musim panas kota Columbia yang berlokasi di utaranya.
***
Akhirnya sekitar
jam 2:30 siang, seusai sholat Jumat di masjid Islamic
Center of Central Missouri di Columbia, kami berpamitan dengan
keluarga Mas Janggam untuk melanjutkan perjalanan kembali menuju
New Orleans. Ucapan terima kasih setulus-tulusnya kami sampaikan
atas penerimaannya yang sangat baik, termasuk memberi tumpangan
bagi kami sekeluarga untuk menginap semalam di apartemennya. Di
bawah cuaca panas siang itu yang biasanya mencapai puncaknya pada
sekitar pukul 1:00 hingga pukul 3:00, kami meninggalkan kota
Columbia.- (Bersambung)
Yusuf Iskandar
Terowongan
di bawah jembatan batu di Rock Bridge Park,
Columbia